asional TEKNOLOGI
Senin, 01/04/2013 22:29
NU Batang Jateng Motori Pengembangan Biogas
Jakarta, NU Online
Demi mewujudkan kemandirian di sektor energi, Pengurus Cabang Nahdlatul
Ulama (PCNU) Kabupaten Batang, Jawa Tengah, sedang gencar mengembangkan
produksi biogas di daerah setempat dan sejumlah kabupaten lainnya.
Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian NU (LPPNU) Batang Turjaun mengatakan,
sumber energi yang dihasilkan dari limbah peternakan tersebut dapat
menjadi bahan bakar alternatif untuk sejumlah kebutuhan, seperti
aktivitas memasak dan penerangan.
Turjaun mengaku sudah
berhasil membangun biogas digester yang sudah memproduksi biogas dan
dimanfaatkan warga di tempatnya. Bahkan, melalui pengembangan teknologi
ini, salah satu desanya meraih peringkat dua pada sebuah lomba untuk
kategori desa mandiri energi se-Jawa Tengah.
”Ada permintaan
juga di Jawa Barat, petani punya 300 sapi minta dibangunkan biogas
dengan kapasitas 30 kubik. Kalau 30 kubik itu minimal bisa (menjadi
energi alternatif) untuk 10 rumah,” katanya saat berkunjung ke kantor
redaksi NU Online, Jakarta, Senin(1/4) sore.
Menurut Turjaun,
penerapan biogas di daerah yang memiliki potensi peternakan akan membawa
keuntungan ekonomis. Selain memanfaatkan limbah yang selama ini cukup
terabaikan, juga mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap elpiji,
terlebih saat elpiji mengalami kenaikan harga.
Selain di
Batang, ia juga mengembangkan teknologi ini di kabupaten lain. ”Di
Rembang mulai April ini insyaallah akan dibangun 75 unit biogas
digester, hampir per kecamatan ada, masing-masing kapasitas 6m3,”
imbuhnya.
Ditambahkan, biogas digester juga akan dibangun di
Kabupaten Kendal sebanyak 2 unit, dan di Kabupaten Demak 2 unit,
masing-masing berukuran 20m3. Proses pembangunan ini bekerjasama dengan
dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng.
Sejauh ini, sambung Turjaun, belum ada hambatan yang berarti untuk
tugasnya ini. Hanya saja, teknologi biogas yang pihaknya kembangkan
belum sampai pada tahap kemasan dalam tabung, sebagaimana elpiji,
sehingga belum bisa dipasarkan secara masif.
Penulis: Mahbib Khoiron
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar